Depresi pada remaja merupakan salah satu tema yang harus menjadi perhatian bersama dewasa ini. Belum ada data pasti mengenai tingkat depresi di kalangan remaja (Tempo, 2007), namun berita mengenai semakin banyaknya kasus kenakalan remaja, kriminalitas remaja hingga bunuh diri, dapat menjadi titik tolak bagi orangtua, guru dan kita semua untuk lebih besar memperhatikan masalah-masalah dalam proses perkembangan remaja.
Depresi adalah suatu gangguan perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian (Lumongga Namora. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada). Depresi adalah salah satu masalah kejiwaan, namun bukan berarti remaja yang mengalami depresi adalah orang gila.
Pengertian gila dan depresi pada remaja
Kegilaan sendiri adalah salah satu bagian dari masalah kejiwaan. Namun kegilaan memiliki level masalah yang jauh lebih tinggi dan kompleks di banding depresi. Kegilaan memiliki ciri delusi, halusinasi, cara bicara yang tak terorganisir dan berperilaku katatonik. Kegilaan memiliki gejala yang terjadi terus menerus selama sedikitnya 6 bulan dan penderita biasanya mengalami disfungsi sosial yang parah.
Sedangkan depresi memiliki gejala yang memiliki rentang kejadian kurang dari dua minggu dan selalu berubah. Beberapa gejala yang terjadi saat depresi adalah (American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fouth Edition. Washington DC: American Psychiatric Association):
- Keadaan jiwa tertekan hampir sepanjang waktu dan hampir setiap hari, contoh merasa sedih. Pada anak-anak dan remaja bisa saja menjadi suasana hati yang mudah marah.
- Berkurangnya ketertarikan atau kesenangan secara nyata pada semua hal hampir setiap hari.
- Menurunnya berat badan walau tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan.
- Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari
- Bergejolak atau terhambatnya psikomotorik hampir setiap hari.
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
- Perasaan tidak berharga, berlebihan, atau perasaan bersalah yang tidak tepat hampir setiap hari.
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau timbul ketidakyakinan hampir setiap hari.
- Terus-menerus berpikir tentang kematian atau bunuh diri tanpa rencana yang terperinci,
- Percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.
Dalton dan Forman (Dalton, R dan Forman, MA. (2007). Mood disorders Ed. 15. Philadelphia) menuliskan bahwa potensi insiden gangguan depresi berat yang terjadi pada remaja adalah sebesar 3,5-5%, dengan perbandingan kejadian pada anak perempuan lebih banyak dari laki-laki. Depresi pada remaja ini terjadi dikarenakan oleh faktor genetik (keturunan dan pengaruh fungsi fisiologis) dan faktor psikologis (kejiwaan, pola asuh, lingkungan dan budaya).
Cara mengenali depresi pada remaja
Depresi harus cepat diketahui oleh orangtua dan lingkungan, karena depresi dapat menyebabkan kenakalan remaja di sekolah, perasaan rendah diri, kecanduan obat, berperilaku menyimpang, hingga keinginan untuk mencelakai diri sendiri atau bunuh diri.
Salah satu cara untuk mengetahui depresi pada remaja adalah dengan melakukan tes kejiwaan (tes psikologi) atau psikotes. Hal perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kesehatan jiwa remaja, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif secara maksimal.
Tingkat kesehatan jiwa ini dapat diketahui melalui metode soal-jawaban. Peserta remaja akan menerima serangkaian pertanyaan mengenai kondisi mereka sehari-hari. Melalui jawaban yang mereka berikan, maka akan dilakukan analisa terkait. Hasil tes ini kemudian akan dikelompokkan menjadi beberapa level depresi, dari yang paling ringan hingga berat.
Penanganan depresi pada remaja
Hasil tes psikologi tersebut dapat menjadi acuan bagi psikolog dalam memberikan penanganan yan tepat. Setiap individu memiliki karekater yang berbeda dengan tingkat permasalahan yang berbeda sehingga perlu dilakukan pendekatan penanganan yang berbeda pula. Silahkan hubungi psikolog anda untuk penanganan depresi lebih lanjut.
Tingkat keberhasilan individu dalam menghadapi permasalahan akan semakin efektif jika didukung oleh orang tua, saudara, teman dan lingkungan terdekat. Dengan dukungan yang diberikan, individu yang mengalami depresi akan mendapatkan kembali kepercayaan diri dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang mereka hadapi secara optimal.