Pada era globalisasi seperti saat ini, kebutuhan untuk menguasai bahasa asing tentu sangat penting dan diperlukan. Kedudukan bahasa Inggris sebagai lingua franca menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa yang umum digunakan sebagai bahasa penghubung antarnegara yang memiliki bahasa pengantar dan penutur yang berbeda (Iriance, 2018).
Bahasa Inggris sendiri telah ditetapkan oleh berbagai negara di Asia Tenggara sebagai bahasa asing nomor satu yang diajarkan dan dipelajari pada berbagai level sistem pendidikan (Handayani, 2016).
Di Indonesia, bahasa Inggris ditempatkan sebagai bahasa asing utama yang diajarkan di berbagai sekolah menengah dan universitas di Indonesia berdasarkan Dekrit Menteri Pendidikan No. 060/U/1993 tertanggal 25 Februari 1993. Sampai saat ini, telah banyak terjadi perkembangan dalam kurikulum dan metode pembelajaran dalam pengajaran bahasa Inggris, namun pada kenyataannya, sangat sulit untuk pembelajar di Indonesia menggunakan bahasa Inggris walaupun dalam percakapan sederhana.
Dalam observasi yang dilakukan penulis, para mahasiswa tampak ragu-ragu dan lebih memilih menolak untuk turut serta dalam proses belajar mengajar bahasa asing di kelas. Salah satu alasan yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi adalah perasaan cemas ketika menggunakan bahasa Inggris baik di dalam kelas maupun untuk berkomunikasi satu sama lain.
Kecemasan Berbahasa Inggris
Kecemasan sering dipandang sebagai hal yang terkait dengan fokus diri, perasaan negatif dan kegugupan yang terjadi selama proses interaksi. Mempelajari bahasa Inggris bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan untuk beberapa orang, mengingat mereka harus berbicara atau menuliskan sesuatu yang sebenarnya tidak begitu menguasai. Terlebih dalam kelas bahasa Inggris, mereka harus mengekspresikan pandangan mereka menggunakan kata-kata yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya.
Arnold & Brown (1999) menjabarkan kecemasan sebagai faktor utama yang bisa menghambat proses belajar mengajar. Kecemasan sendiri merupakan perasaan subjektif terhadap tension, state of apprehension, nervousness dan worry yang sering diasosiasikan dengan terangsangnya sistem syaraf yang disebabkan oleh ketakutan yang sedikit banyak ditimbulkan oleh khayalan atau proyeksi buruk seseorang terhadap sesuatu (Atkinson, 1996), dalam hal ini bahasa asing.
Menurut Horwitz, dkk (1986) kecemasan berbahasa asing (foreign language anxiety) adalah persepsi, keyakinan, perasaan, dan sikap yang timbul dalam diri seseorang dikarenakan kompleksnya proses belajar mengajar bahasa asing. Ada tiga jenis kecemasan berbahasa asing (foreign language anxiety) yaitu ketakutan berkomunikasi (communication apprehension), kecemasan akan tes (test anxiety), dan takut akan evaluasi negatif (fear of negative evaluation).
Mahasiswa dan Bahasa Inggris
Berdasarkan penelitian pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris pada salah satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu universitas swasta di Jakarta, ditemukan tiga penyebab utama kecemasan berbahasa Inggris, di antaranya ketakutan melakukan kesalahan dalam proses belajar mengajar bahasa asing, yang kedua penilaian terhadap diri sendiri, dan yang ketiga adalah kurang nya persiapan yang dilakukan para responden ketika mereka harus berbicara bahasa asing di kelas.
Hasil penemuan dari penelitian ini mengkonfirmasi secara empiris bahwa memang situasi tertentu dapat memicu kecemasan dalam berbahasa asing di dalam proses belajar mengajar bahasa asing, meskipun kecemasan berbahasa asing telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa asing (Sadiq, 2017; Tuppang, 2014; Amanzadeh & Aghajanu, 2017; dan Onem, 2010).
Oleh karena itu, merujuk hasil penelitian ini diharapkan dosen yang mengampu mata kuliah bahasa asing dapat memperkaya wawasannya mengenai kecemasan berbahasa asing yang mungkin ada pada diri mahasiswa. Selain itu dosen juga diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk menghadapi situasi yang mungkin memicu kecemasan. Di samping itu diharapkan dosen aktif mendorong mahasiswa agar selalu berpartisipasi dalam kegiatan yang menambah wawasan bahasa Inggris. Terakhir yang tidak kalah pentingnya yaitu mendorong para mahasiswa untuk berbagi dan menceritakan mengenai kecemasan yang dialami sehingga dosen pun dapat mengambil langkah taktis yang dapat memberikan manfaat pengajaran sepenuhnya.
Daftar Pustaka
Aghajani, M., & Amanzadeh, H. 2017. The Effect of Anxiety on Speaking Ability: An Experimental Study on EFL Learners. Journal of Applied Linguistics and Language Research.
Arnold, J. and Brown, H.D. (1999) A map of the terrain. In J. Arnold (ed.) Affect in Language Learning (pp. 1-24). Cambridge: Cambridge University Press.
Atkinson. 1996. Penghantar Psikologi, Terjemahan Kusuma W, Jakarta: Erlangga.
Handayani, S. (2016). Pentingnya Kemampuan Berbahasa Inggris Dalam Menyongsong ASEAN Community 2015. Jurnal Profesi Pendidik, 3(1), 102–106. Retrieved from http://ispijateng.org/wp-content/uploads/2016/05/PENTINGNYA-KEMAMPUAN-BERBAHASA-INGGRIS-SEBAGAI-DALAM-MENYONGSONG-ASEAN-COMMUNITY-2015_Sri-Handayani.pdf.
Horwitz, E. K., Horwitz, M. B., & Cope, J. 1986. Foreign Language Classroom Anxiety. The Modern Language Journal. New York: Wiley.
Iriance, I. (2018). Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Lingua Franca dan Posisi Kemampuan Bahasa Inggris Masyarakat Indonesia Diantara Anggota MEA. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar, 9(0), 776–783. Retrieved from https://jurnal.polban.ac.id/index.php/proceeding/article/view/1149/944.
Önem, Evrim. 2005. Potential Sources of Anxiety for Japanese Learners of English: Preliminary Case Interviews with Five Japanese College Students in the U.S. TESL-EJ.
Sadiq, Jamilah Mohammed. 2017. Anxiety in English Language Learning: A Case Study of English Language Learners in Saudi Arabia. Canada: Canadian Center of Science and Education.
Tuppang, K. S. 2014. Investigating Students’ Writing Anxiety: A Study at English Teacher Education of Satya Christian University. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.