Komunikasi Anak Dengan Orangtua: Asyiknya Ngobrol Bersama

Ketika anak-anak menjelaskan sesuatu, apakah Anda sabar mendengar penjelasannya hingga selesai? Apakah Anda memberi pujian dan apresiasi jika anak-anak menceritakan kabar gembiranya? dan seberapa sering Anda dan anak-anak bercengkrama dan bercerita penuh santai? Pertanyaan ringan, namun kadang tidak seringan dalam tulisan ketika itu dilakukan.

Fenomena komunikasi dalam keluarga

Berkomunikasi adalah fenomena yang akan pasti dijumpai setiap saat dan setiap waktu di lingkungan hidup sehari-hari. Berkomunikasi berarti melibatkan lebih dari seorang dan ada pesan yang disampaikan, demikian halnya pada komunikasi anak dengan orangtua. Ada proses mengirim pesan dan menerima pesan baik dari anak ke orangtua maupun sebaliknya.

Semakin canggih dunia, semakin canggih pula cara kita komunikasi yang berkembang saat ini., Hal terpenting dalam komunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung adalah tersampaikannya pesan dengan cara dan isi pesan yang benar. Kebenaran cara dan pesan itu yang akan memegang peranan menciptakan keharmonisan hubungan.

Anak-anak memiliki caranya sendiri dalam menyampaikan pesan, begitu juga orangtua. Perbedaan jaman diantara mereka, disadari atau tidak telah menimbulkan gap antargenerasi yang dapat berakibat pada ketidakharmonisan hubungan. Sebelum terjadi ketidak harmonisan pada hubungan orangtua dan anak,  mari kenali bagaimana komunikasi anak dengan orangtua secara efektif.

komunikasi anak dengan orangtua

Komunikasi anak dengan orangtua secara efektif

Komunikasi yang efektif bisa dimulai dengan keterbukaan. Anak dan orangtua saling  mendengarkan secara terbuka. Bukan hanya mendengar, tapi mendengarkan. Mendengarkan berarti melibatkan seluruh jiwa untuk saling bertukar informasi, mengungkapkan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan menanggapi pembicaraan dengan jujur dalam ketidaksukaan maupun kegembiraan. Melepaskan prasangka yang dibawa untuk mendengarkan dengan positif tanpa stigma.

Komunikasi tanpa stigma biasanya akan nampak pada pilihan-pilihan kalimat yang dipakai untuk menanggapi. Kalimat –kalimat tersebut mencerminkan kualitas komunikasi yang terbangun. Apabila orangtua dan anak bersikap positif, tentu satu sama lain akan menilai positif apa yang sudah dilakukan keduanya. Pujian akan lebih banyak terucap, senyum dan acungan jempol pun akan banyak dilihat, apapun pesan yang akan disampaikan, baik kegembiraan, kemarahan, kesedihan, maupun kebencian.

Komunikasi menjadi efektif bila dapat bersikap positif. Kualitas komunikasi yang positif inilah yang akan memunculkan bentuk-bentuk dukungan sesuai isi pesan. Anak bercerita gembira, sedih, murka dan marah, apabila ditanggapi dengan siakp positif, anak pasti akan merasakan dukungan yang hangat dan kasih sayang yang tulus.

Peran positif orangtua

Menyemangati dan mendukung adalah oase bagi anak. Kaimat-kalimat yang menguatkan hati akan memberikan motivasi dan dukungan tersendiri apabila isi pesan kurang enak untuk disampaikan. Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam hal ini. Bimbingan, dukungan, dan ketulusan orangtua akan mendekatkan anak secara emosional, sehingga anak akan lebih terbuka untuk bercerita kepada orangtua atas permasalahan yang dihadapi. Lakukan dengan empati, merasakan apa yang sedang dialami oleh anak akan memberikan kesempatan orangtua memahami pengalaman emosional yang lebih sehingga dapat mendekatkan, mempererat, dan menguatkan ikatan batin.

Kedekatan dengan orangtua, adalah modal dasar dalam pengasuhan anak yang positif. Dengan kedekatan dan kasih sayang, anak seperti mendapat sahabat untuk berbagi yang tak lain dan tak bukan adalah orangtuanya sendiri. Sahabat yang baik biasanya adalah sahabat yang mendewasakan, tidak menggurui dan bisa menempatkan diri setara sesuai konteks keadaan, tahu kapan harus memberi nasehat, dan tahu kapan hanya diam dan mendengarkan. Itu juga yang dibutuhkan anak. Sahabat yang mengerti.

Berbekal komunikasi anak dengan orangtua yang efektif, ngobrol yang asyik antara anak dan orangtua bukan lagi mustahil. Jadilah sahabat anak, dan secara langsung anak akan menjadi sabahat orangtuanya. Keduanya adalah subjek, maka seperti berkomunikasilah dengan diri sendiri, aku dan aku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *