Buletin Jagaddhita Vol. 1, No. 5, Juni 2019

pISSN 2656-8225 | eISSN 2656-0089

Perilaku Agresif Berkendara Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor

Jaman sudah semakin maju. Anak-anak pun memiliki jaman yang tidak bisa lagi disamakan dengan jaman orang tuanya dahulu. Salah satunya adalah aksesibilitas terhadap penggunaan kendaraan bermotor.

Anak-anak yang belum menginjak remaja yang bahkan belum terlalu mahir dalam mengoperasikan kendaraan, banyak dijumpai sudah mencoba berkendara di jalan raya atas persetujuan orang tua, baik secara langsung (orang tahu dan membiarkan) atau pun tidak langsung (orangtua tahu hanya diam dan permisif).

Berkendara di jalan raya bukanlah suatu hal yang sederhana. Modalnya tidak hanya keterampilan mengemudi saja, tetapi juga harus memiliki kapasitas emosi yang memadai. Berkendara memerlukan kesabaran, fokus tinggi, dan emosi yang stabil sehingga dapat menghindarkan diri dari bahaya, baik bagi diri sendiri ataupun pengguna jalan lainnya.

Apabila salah satu kapasitas emosi tersebut belum dikuasai anak, maka dapat dimungkinkan anak-anak berkendara menurut kemauannya sendiri, salah satunya berkendara secara agresif.

Perilaku Agresif Berkendara

Perilaku agresif berkendara, atau dikenal juga dengan istilah aggressive driving (Tasca, 2000) merupakan perilaku mengemudi secara agresif yang dilakukan dengan sengaja dan memiliki kemungkinan untuk meningkatkan resiko kecelakaan. Perilaku tersebut dimotivasi oleh ketidaksabaran, gangguan, permusuhan dan upaya untuk menghemat waktu.

Perilaku agresif dalam mengemudi juga dapat diartikan sebagai tindakan mengemudi di bawah pengaruh emosi yang terganggu, sehingga menghasilkan perilaku yang membahayakan orang lain (James dan Nahl, 2000). Perilaku agresif berkendara muncul karena pengemudi kendaraan bermotor kesulitan untuk mengontrol emosinya dalam berkendara (Winurini, 2012).

Kurangnya kontrol emosi tersebut berpengaruh pada tingginya motivasi untuk berani melanggar peraturan lalu lintas, yang mengakibatkan munculnya resiko terjadinya kecelakaan terhadap pengguna jalan lainnya.Perilaku ini juga merupakan disfungsi perilaku sosial (Houston, Harris, & Norman, 2003)yang memberikan ancaman serius bagi pengguna jalan lainnya karena tindakan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas.

Bentuk Perilaku Agresif Berkendara

Ada tiga bentuk perilaku agresif berkendara(James dan Nahl, 2000;Herani & Jauhari, 2017), yaitu:

  1. Ketidaksabaran dan tidak perhatian (impatience and inattention)

Contoh perilaku yang ditampakkan dari bentuk perilaku agresif berkendara ketidaksabaran dan tidak perhatian diantaranya:

      • Melawan arah dan menggunakan trotoar untuk berkendara.
      • Menambahkecepatan ketika melihat lampu lalu lintas berwarna kuning.
      • Tidak memberikan tanda ketika berbelok.
      • Menambah kecepatan atau mengurangi kecepatan secara mendadak.
  1. Saling berebut (power struggle)

Contoh perilaku yang ditampakkan dari bentuk perilaku agresif berkendara saling berebut diantaranya,

      • Mengklason secara terus-menerus.
      • Menolakuntukmemberijalan
      • Memotongjalankendaraan lain dalam antrian pintu tol.
  1. Ceroboh dan marah-marah (recklessness and road rage)

Contoh perilaku yang ditampakkan dari bentuk perilaku agresif berkendara ceroboh dan marah-marah diantaranya adalah,

      • Berkendara sambil membuka gawai.
      • Menyerangpengemudi lain denganmenggunakan
      • Mengemudi zig-zag dengan kecepatan tinggi.

Faktor Pendorong Perilaku Agresif Berkendara

Ada beberapa faktor penyebab perilaku agresif berkendaramenurut Tasca (2000) yaitu:

  1. Usia dan Jenis Kelamin. Pengemudi laki-laki dengan usia muda, yaitu antara 17-35 tahun, cenderung lebih agresif pada saat mengemudi, dibandingkan dengan perempuan dalam rentang yang sama.
  1. Kondisi jalan raya yang sibuk ataupun sepi, membuat pengemudi memiliki kasadaran bahwa mereka memiliki kesempatan untuk melarikan diri, setelah melakukan agresivitas.
  1. Faktor Sosial. Persepsi bahwa perilaku agresif adalah hal wajar, sesuai norma, dan dapat diterima, maka pengemudi akan secara sadar melakukan hal tersebut tanpa menimbang kembali akibat yang ditimbulkan, seperti berkendara melawan arah.
  1. Karakter masing-masing individu akan menentukan perilakunya dalam berkendara, seperti kemampuan untuk mengambil keputusan.
  1. Gaya Hidup. Perilaku mengemudi dibawah gangguan emosional akibat kebiasaan dan pola hidup dapat mendorong munculnya agresivitas. Seperti kelelahan dan konsumsi alkohol, dapat menyebabkan seseorang lebih mudah terpancing emosinya ketika berada di jalan.
  1. Keterampilan Mengemudi. Diakui ataupun tidak, kemampuan dalam mengoperasikan kendaraan, dapat mempengaruhi tindakan pengemudi di jalan raya. Semakin buruk kemampuannya dalam mengemudi, maka semakin tinggi potensi pengemudi tersebut melakukan tindakan agresif.
  1. Faktor Lingkungan. Kemacetan, kualitas infrastruktur jalan yang buruk ataupun ketidakmampuan pengelola jalan dalam memberikan layanan dapat menimbulkan stres pada individu, sehingga akhirnya memunculkan perilaku agresif.

Faktor-faktor pendorong perilaku agresi yang telah disebutkan diatas, sangat perlu dikaji lebih dalam untuk dijadikan bahan rujukan dalam membuat intervensi maupun kebijakan keselamatan berkendara agar tumbuh kematangan sikap dan mental untuk menjadi pengguna jalan raya yang tertib dan teratur. Peran orang tua dibutuhkan dalam hal tersebut.

Orang tua dapat berperan memberikan pengertian, memilah dan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan anak akses berkendara. Sehingga, hal tersebut dapat menghindarkan anak dari sikap berkendara yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Melarang anak berkendara pada usia dini, tidak berarti tindakan yang tidak sayang. Namun justru meningkatkan kesempatan anak untuk dapat hidup lebih baik.

 

Daftar Pustaka

Herani, I., & Jauhari, A. K. (2017). Perilaku Berkendara Agresif Para Pengguna Kendaraan Bermotor di Kota. Mediapsi , 29-38.

Houston, J. M., Harris, P. B., & Norman, M. (2003). The Aggressive Driving Behavior Scale: Developing a self-report measure of unsafe driving practices. North American Journal of Psychology, 269-278.

James, L., & Nahl, D. (2000). Aggressive Driving is Emotionally Impaired Driving. Global Conference on Aggressive Driving (Hal. 1-18). Ontario: https://www.researchgate.net/publication/242600777_Aggressive_Driving_is_Emotionally_Impaired_Driving.

Tasca, L. (2000). A Review Of The Literature On Aggressive Driving Research. Kanada: Ontario Ministry of Transportation.

Winurini, S. (2012, Juli). Perilaku Agresi Pengemudi Kendaraan Bermotor di Jakarta. Diambil kembali dari dpr.go.id: http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-13-I-P3DI-Juli-2012-48.pdf.


Artikel Ilmiah Psikologi Populer ini diterbitkan oleh Buletin Jagaddhita dengan nomor pISSN 2656-8225 (cetak) dan eISSN 2656-0089 (media-online).
Jika Anda ingin menerbitkan artikel ilmiah Anda, silahkan kirim naskah tulisan ke redaksi@jagaddhita.org.

Cara Pengutipan:

Anindyajati, SE.Ak, MBA, Yulia. 2019. Perilaku Agresif Berkendara Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor. Buletin Jagaddhita Vol. 1, No. 5, Juni 2019. Diakses pada tanggal 22-09-2023 melalui laman https://jagaddhita.org/perilaku-agresif-berkendara-pada-pengemudi-kendaraan-bermotor/.

Artikel Psikologi Populer lainnya, yang mungkin Anda cari: