Seminar Pendidikan: “Magic Teaching dan Ice Breaking”

Suatu keberuntungan pada hari Sabtu, 7 Juni 2014, jagaddhita.org berkesempatan mengikuti sebuah seminar pendidikan: “Magic Teaching dan Ice Breaking”. Seminar ini sangat menarik. Diawali dengan pertunjukan bakat anak-anak sekolah, seminar ini berlangsung meriah. Ada tarian, ada pertunjukan musik rebana, ada menyanyi berkelompok, semuanya dilakukan oleh anak-anak generasi cerdas dari sebuah sekolah taman kanak-kanak.

Dalam seminar ini dikatakan bahwa belajar seharusnya adalah kegiatan yang menyenangkan, bukan kegiatan yang menegangkan. Kegiatan yang menyenangkan akan membuat anak-anak mudah menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan. Dalam belajar, kegiatan yang tidak dapat dipisahkan adalah bermain. Melalui bermain, kegiatan belajar akan semakin menyenangkan. Belajar dan bermain juga dapat diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa, tidak hanya untuk anak-anak.

Untuk memaksimalkan kegiatan bermain dan belajar, maka kita perlu mengenal terlebih dahulu gaya belajar. Gaya belajar adalah kecenderungan dalam pola-pola belajar. Ada tiga macam gaya belajar yang sering dijumpai, walaupun tidak menutup kemungkinan ada perpaduan diantaranya ketiganya. Ketiga gaya belajar itu adalah auditorik, visual, dan kinestetik. Dalam seminar tersebut, Jagaddita diajari untuk membedakannya dengan mudah, yaitu melalui obeservasi.

Seminar Pendidikan: “Magic Teaching dan Ice Breaking”
Sumber: kompas.com

Anak dengan gaya belajar auditorik, sangat peka terhadap bunyi. Anak dengan tipe ini lebih mudah belajar apabila disertai dengan bunyi yang menggugah selera, misalnya ketika sedang belajar mereka sambil bersenandung dan mendengarkan musik. Berbeda dengan orang dengan tipe visual, mereka cenderung tidak bisa diam dan pandangan mata tidak bisa fokus karena sibuk memperhatikan dunia. Apabila belajar, anak-anak dengan tipe ini lebih banyak menuangkan ide-idenya dalam bentuk gambar, membuat sketsa-sketsa, atau corat-coret dari apa yang sedang dipejarinya.

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang ketiga. Anak-anak dengan tipe ini belajar dengan menggunakan sentuhan. Mereka senang disentuh dan belajar dengan menyentuh. Ketika belajar, mereka akan sangat mudah mengerti apabila menyentuh langsung hal-hal yang sedang dipelajari. Ketiga gaya belajar tersebut dalam saling berkombinasi, oleh karenanya dibutuhkan observasi yang jeli agar tepat dalam memberikan respon terhadap gaya belajar anak. Apabila kita sudah mengetahui gaya belajar anak, maka kita dapat mengoptimalkan potensi anak melalui gaya belajarnya masing-masing.

Setelah mendapatkan pengetahuan dan sedikit berpraktek dalam mengobservasi gaya belajar, seminar ditutup dengan sesi ice breaking bersama. Ice breaking adalah pemecah kebekuan ketika terjadi kebosanan dalam belajar. Ice breaking yang dilakukan adalah bergoyang tarian ayam. Diiringi musik yang ceria, semua peserta pelatihan bergoyang bersama menghilangkan kebosanan dan menutup seminar dengan hati suka cita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *